Selasa, 15 Maret 2011

Bible Study - Maret 2011

“KITAB MALEAKHI”

Kamis, 10 Maret 2011


Ibrani 12 : 16 - 17 Esau karena tidak menghargai didikan Tuhan, akibatnya sangat fatal:

- ketika hendak menerima berkat, ia ditolak
- tidak beroleh kesempatan memperbaiki kesalahanannya.

Bahkan sikap dan perbuatan Esau ini disejajarkan dengan orang yang suka melakukan percabulan yang nafsunya rendah.

NAFSU RENDAH = tidak mau mengarahkan pandangannya kepada perkara-perkara yang di atas/sorga.

Kalau kita lihat dalam Matius 3 : 13 - 17 Yesus sendiri sebagai Anak bersedia melakukan kehendak Allah, yaitu mau memberi diri dibabtis oleh Yohanes pembabtis di sungai Yordan. Memang pada awalnya Yohanes pembabtis ragu-ragu dan tidak bersedia membatiskan Tuhan Yesus, tetapi karena Yesus mengatakan bahwa babtisan itu adalah untuk “menggenapkan seluruh kehendak Allah” barulah Yohanes mau membabtiskan Yesus.

Saudara-saudara, babtisan itu bukan hanya sekedar dilakukan begitu saja, babtisan itu bukan aturan gereja bahkan bukan syarat supaya bisa masuk ke gereja, tetapi babtisan itu tujuannya adalah untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah. Andaikata babtisan itu hanya sekedar peraturan organisasi gereja saja, maka Yesus tidak perlu pergi ke sungai Yordan untuk dibabtis oleh Yohanes, tetapi karena babtisan itu adalah untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah maka Yesus pun harus memberi diri-Nya dibabtis. Maka untuk orang yang mau melakukan kehendak Allah tidak boleh dihalang-halangi bahkan tidak boleh dikurang-kurangi, seluruh kehendak Allah itu harus kita lakukan dengan sungguh-sungguh.
Kalau mau melakukan seluruh kehendak Allah: langit terbuka, Roh Allah turun seperti burung merpati dan ada suara yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Artinya: kalau kita mau melakukan seluruh kehendak Allah maka Allah pun akan mengakui kita sebagai anak-Nya. Hal ini sangat berkaitan dengan Yakobus 2 : 22 iman itu bisa menjadi sempurna jika disertai dengan perbuatan-perbuatan baik, yaitu perbuatan-perbuatan yang berkenan kepada Allah. Esau memandang rendah kesulungannya maka sikap dan perbuatannya selalu bertentangan dengan firman Tuhan, tetapi Yakub karena menghargai kesulungan ia rela melepaskan perkara yang jasmani demi untuk mendapatkan perkara rohani. Inilah yang dimaksud dengan perbuatan-perbuatan baik yang berkenan kepada Allah.
Ibrani 6 : 19 pengharapan itu digambarkan seperti sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita yg telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, maksudnya kita harus hidup berpengharapan kepada Tuhan supaya sikap seperti Esau itu tidak masuk ke dalam hidup kita. 1 Petrus 1 : 3 firman Tuhan mengatakan taat kepada firman Tuhan itu hasilnya: kita akan dibawa kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, yaitu berhak menerima “suatu bagian” yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, inilah hidup kekal bersama dengan Kristus dalam kerajaan sorga (ayat 4).
YOSUA contoh orang yang mau melakukan/bertindak melakukan tepat seperti yang telah diperintahkan Allah kepadanya, segala janji Allah itu bisa terlaksana karena Yosua mau melakukan kehendak Allah. Yosua1 : 1 - 9 setiap tempat yang diinjak kakinya akan diberikan Allah kepadanya, Allah sendiri yang menentukan tempat yang akan menjadi miliknya dan Allah juga berjanji untuk tetap menyertai ke manapun ia pergi.
Kuncinya: jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri, jangan kecut dan jangan tawar hati dan jangan lupa memperkatakan kitab Taurat Tuhan dan merenungkan firman Tuhan siang dan malam. Inilah yang membuat maka Yosua bisa bertindak dengan hatihati sehingga perjalanannyapun berhasil dan beruntung. Setiap orang yang mau melakukan segala kehendak Allah maka Allah akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemenangan demi kemenangan setiap hari.



“KITAB MALEAKHI”


Kamis - 17 Maret 2011


ESAU = gambaran gereja Tuhan yang tidak menghargai kemurahan Tuhan, tidak menghargai ibadah dan penggembalaan. Memandang ringan hak kesulungan = tidak menghormati Tuhan sebagai Bapa (Maleakhi 1 : 6), sekarang : sama dengan tidak menghormati ibadah, tidak menghargai pelayanan, tidak menghormati bapa rohaninya/penggembalaan.

Akibatnya: tidak akan berhak masuk ke dalam kerajaan sorga.

NABOT orang Yizreel adalah contoh orang yang sangat menghormati/menghargai warisan. Dalam 1 Raja-raja 21 dijelaskan Nabot orang Yizreel ini mempunyai kebun anggur di samping istana raja Ahab, raja Samaria. Karena itu Ahab pun mencoba ingin mengambil atau membeli kebun anggur tersebut supaya menjadi miliknya. Ahab rela membelinyadengan uang atau menggantinya dengan kebun anggur yang lebih baik atau yang lebih lebar dari miliknya itu, tetapi Nabot tidak rela melepaskan kebun anggur tersebut walaupun dengan kebun anggur yang lebih baik atau dengan uang yang banyak.
Mengapa? sebab Nabot itu adalah orang yang sangat menghargai warisan, Nabot itu sangat mengerti bahwa warisan itu tidak tergantikan dengan uang yang banyak. Karena itu Nabot mempertahankan kebun anggurnya itu dan tidak takut walau nyawanya sendiri harus terancam, Nabot tidak mau kompromi dengan Ahab.

Nabot ini ganbaran gereja Tuhan yang meresponi setiap firman Tuhan dan tahu menghormati Tuhan sebagai Bapa.
Sedangkan raja Ahab ini sama seperti Esau yang tidak menghargai warisan, menganggap remeh warisan, maka Ahab harus menanggung akibatnya.

Untuk kita sekarang: warisan sulung itu adalah berkat yang paling besar sebab nama kita telah terdaftar dalam kitab kehidupan, kita diakui sebagai umat Allah bahkan sedang dipersiapkan menjadi sidang mempelai perempuan Kristus yang akan dikuduskan dan disempurnakan. Ibrani 12 : 22 - 23 YERUSALEM SORGAWI itu menunjuk gereja Tuhan yang telah berhasil menjadi sidang mempelai perempuan Kristus. Karena itu supaya kita bisa menghargai warisan/hak kesulungan: kita harus bertumbuh terus hingga menjadi dewasa rohani, dewasa dalam iman, dalam pengharapan maupun dalam kasih akan Allah. Tidak ada seorangpun yang bisa menghargai kesulungan itu kalau ia tidak dewasa rohani, justru ia akan menganggap remeh sama seperti Esau yang meremehkan kesulungannya sehingga ia tidak layak diberkati oleh ayahnya, Ishak.
Hal ini juga telah dijelaskan dalam kitab Galatia 4 : 1 - 4 selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu, ia masih berada di bawah pengawasan sampai ia menjadi dewasa.
Demikian juga setiap orang yang belum dewasa rohaninya, ia tidak layak masuk ke dalam kerajaan sorga sebab ia masih takluk kepada dosa, diperhamba oleh dosa dan tidak bisa mengalahkan segala bentuk pencobaan dari siiblis. Setiap orang yang belum dewasa rohaninya, ia masih takluk kepada roh-roh dunia. Tetapi setelah genap waktunya (=setelah ia menjadi dewasa) barulah ia berhak mendapatkan segala warisan yang telah ditentukan bapanya, setelah menjadi dewasa rohani barulah layak disebut sebagai pewaris kerajaan sorga. Galatia 5 : 13 - 14 setelah kita dimerdekakan dari dosa, kita harus mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk hidup dalam kebenaran dan melayani seorang akan yang lain dengan kasih. Orang yang dewasa rohaninya barulah bisa mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri dan mengasihi Allah dengan tepat dan benar.

Maleakhi 4 : 1 resiko yang akan dihadapi kalau tidak mau meresponi firman Tuhan: akan disamakan dengan gegabah atau seperti jerami yang akan terbakar oleh hari Tuhan yang menyala seperti perapian. Kehidupan seperti Esau yang tidak menghargai kesulungan dan yang tidak meresponi firman Tuhan, akan dibakar seperti gegabah atau seperti jerami, di mata Tuhan tidak ada harganya sedikitpun.
Karena itu sebagai jemaat ataupun sebagai hamba Tuhan, mari kita bersama-sama menghargai kesulungan itu dan membuatnya lebih dari segala yang ada pada kita. Jika kita sudah menghargai kesulungan itu maka Tuhan akan mempersiapkan kita untuk menerima berkat yang lebih besar lagi, nama kita terdaftar dalam kita kehidupan Anak Domba, kita diakui sebagai jemaat yang berkenan kepada-Nya.
Haleluya.........!!!



“KITAB MALEAKHI”


Kamis - 24 Maret 2011


Poin yang ke-II : MENGHORMATI TUHAN ALLAH SEBAGAI BAPA.

Maleakhi 1 : 6 - 14; 2 : 1 - 9 Firman Tuhan menghimbau supaya kita menghormati Tuhan sebagai Bapa dan memiliki rasa takut karena Tuhan itu adalah Raja di atas segala raja dan sebagai Tuan. Khusus dalam kitab Melakhi ini sikap bangsa Israel yang sangat dikoreksi Tuhan:

1. mencemarkan korban (1 : 6 - 8),
2. acuh tak acuh kepada Allah (1 : 9 - 11)
3. selalu menyusahkan Allah (1 : 12 - 14).

Inilah yang membuat sehingga firman Allah datang menegor dan mengoreksi mereka dengan tegas dengan mengatakan: “Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu?” dan yang paling dikoreksi itu adalah para imam yang suka menghina nama Tuhan dan meja Tuhan dengan cara membawa roti cemar, membawa binatang yang buta, yang timpang atau yang sakit untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Ada dua penampilan Tuhan: sebagai BAPA dan sebagai TUAN.
Padahal binatang-binatang yang demikian kalau dipersembahkan kepada bupati saja tidak boleh apalagi kepada Tuhan, tetapi para imam itu melakukan hal-hal yang demikian. Ini suatu kemerosotan iman, rohani para imam pada zaman Maleakhi itu benar-benar sudah bobrok sehingga firman Tuhan begitu tegas mengoreksi mereka supaya jangan terus menerus melakukan hal-hal yang demikian. Posisi Tuhan itu ada dua yaitu sebagai Bapa dan sebagai Tuan. Sebagai Bapa: kita harus menghormati Tuhan, sebagai Tuan: kita harus memiliki rasa takut.
Caranya: beribadah yang benar dengan membawa tubuh kita ini sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Inilah ibadah dan persembahan yg sejati (Roma 12 : 1). Beribadah dan melayani Tuhan ada kaitannya dengan takut akan Tuhan, ada kaitannya dengan menghormati Tuhan sebagai Bapa. Maksudnya: kalau kita mau beribadah maupun melayani Tuhan harus disertai dengan sikap yang benar, yaitu menghormati Tuhan sebagai Bapa, harus ada rasa takut dalam hidup kita, takut berbuat dosa, takut tidak melayani, takut tidak berkorban, dll.
Karena itu supaya kita bisa menghormati Tuhan sebagai Bapa dan memiliki rasa takut akan Tuhan, kita harus mengalami ketiga korban seperti yang telah dijelaskan dalam Keluaran psl 29: ada lembu jantan dan dua domba jantan.
- LEMBU JANTAN = ada tanda pendamaian, diperdamaikan dengan Allah maupun dengan sesama.
- DOMBA JANTAN I = ada penyerahan diri untuk beribadah maupun melayani Tuhan.
- DOMBA JANTAN II = ada tahbisan atau tanggung jawab, bertanggung jawab melakukan tugasnya dengan baik.
Untuk mengolah korban-korban tersebut dibutuhkan proses yang sangat panjang, setelah disembelih, binatang itu juga harus dikuliti, dipotong-potong lalu dibersihkan menurut bagian-bagian tertentu, setelah itu barulah boleh dipersembahkan di atas mezbah. Sebagai jemaat Tuhan kalau rindu berkenan kepada Allah, kita juga harus mengalami proses demi proses sama seperti korban-korban tersebut di atas. Keluaran 29 : 17 ada dua bagian penting yang kita ketahui dari potongan-potongan tersebut:
ISI PERUT
= perkara dalam (keinginan-keinginan dalam hati)
BETIS
= perkara luar (langkah-langkah perjalanan).
Ibrani 4 : 12
firman Tuhan itu bagaikan PEDANG yang lebih tajam dari pedang bermata dua manapun, yang sanggup memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum, firman Tuhan itu sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Firman Tuhan itu sangat berguna untuk menyucikan seluruh hidup kita, baik perkara dalam maupun perkara luar dan kalau firman Tuhan itu sudah tampil seperti pedang maka firman Tuhan itu akan memisahkan segala dosa dan kejahatan kita sehingga kita menjadi jemaat yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Ibrani 4 : 9 - 11 menjelaskan kepada kita kalau Tuhan memberikan firman-Nya tujuannya adalah supaya kita bisa masuk ke tempat perhentian yang telah disediakan Allah, sama seperti Allah telah berhenti dari segala pekerjaan-Nya demikian juga kita akan berhenti dari segala pekerjaan, kita akan bersama-sama dengan Kristus dalam kemuliaan-Nya di dalam kerajaan yang kekal, yaitu sorga. Untuk itu marilah kita lebih sungguh-sungguh dan lebih serius dalam beribadah dan dalam melakukan firman Tuhan supaya kita bisa menghormati Tuhan sebagai Bapa dan memiliki rasa takut. Kalau dunia sedang lenyap dengan segala keinginannya, tetapi kita sebagai anak-anak terang justru semakin bertumbuh dan bertumbuh sampai menjadi dewasa rohani.


"KITAB MALEAKHI"


Kamis - 31 Maret 2011


Poin yang ke-II: MENGHORMATI ALLAH SEBAGAI "BAPA" DAN SEBAGAI "TUAN"

Sikap bangsa Israel yang sangat ditentang Allah:

- tidak hormat kepada Tuhan sebagai Bapa
- membawa persembahan cemar
- tidak takut kepada Tuhan sebagai Tuan
- acuh tak acuh/menyusahkan Tuhan


Dan dalam hal ini yang paling dikoreksi ialah PARA IMAM yang telah menyimpang dari kebenaran karena membawa PERSEMBAHAN YANG CACAT: membawa kambing domba, lembu sapi yang cacat, yang buta atau yang sakit. Dengan berbuat demikian berarti mereka sudah tidak lagi menghormati Allah sebagai Bapa dan tidak lagi memiliki rasa takut kepada ALlah sebagai Tuan. Padahal sejak dalam Kitab Keluaran 29 firman Tuhan sudah memberi ketegasan dalam hal membawa korban persembahan kepada ALlah. Salah satu korban yang telah diatur supaya tetap dilakukan adalah mengenai KORBAN PAGI DAN KORBAN PETANG, ini sama dengan KORBAN HARIAN yang setia hari harus dibawa untuk dipersembahkan kepada Allah.
Malekhi 1 : 7 membawa ROTI CEMAR ke atas Mezbah sama dengan menghina nama Tuhan. Mempersembahkan binatang buta, timpang dan sakit sama dengan perbuatan jahat yang sangat dibenci oleh Allah sebab sama saja dengan menghina Tuhan.
Karena itu firman Tuhan dalam 2 Korintus 6 : 17 - 18 menjelaskan cara menghormati Tuhan sebagai Bapa ada beberapa sikap yang harus kita lakukan:
- keluar dari persekutuan yagn tidak benar, memisahkan diri dari cara-cara hidup yang tidak benar (= cara hidup orang yang tidak mengenal kebenaran) dan jangan menjamah yang najis.
Kalau ini sudah kita lakukan maka Tuhan akan menerima kita sebagai umat-Nya, kita layak menyebut Tuhan itu sebagai Bapa dan kita pun akan diakui sebagai anak-anak Allah. Sama seperti yang dikatakan firman Tuhan dalam Mazmur 84 : 11 cara hidup orang yang takut akan Allah itu selalu suka tinggal di dalam rumah Tuhan, dan TIDAK SUKA TINGGAL DIKEMAH-KEMAH ORANG FASIK.
Berkorban itu artinya adalah: sesuatu yang diberikan atau yagn dibawa kepada Tuhan sebagai persembahan.
Pada zaman akhir ini banyak orang mengaku percaya kepada Tuhan, beribadah dan melayani Tuhan, tetapi dalam prakteknya mereka sedang menghina nama Tuhan. Dalam mulut mereka memang mengaku sebagai anak-anak Allah tetapi tidak menghormati Tuhan sebagai Bapa, menagku Yesus sebagai Tuhan tetapi di dalam dirinya tidak ada rasa takut akan Tuhan. Sikap dan perbuatan mereka selalu bertentangan dengan firman Tuhan, hidup dalam hawa nafsu dan keinginan yang duniawi.

Contohnya dalam Matius 7 : 21 - 23 Tuhan Yesus mengatakan:
- ada orang yagn berseru-seru kepada Tuhan tetapi tidak layak mendapat hidup yang kekal, bahkan ada orang yang berhasil mempunyai karunia yagn besar, seperti bernubuat, mengusir setan demi nama Tuhan bahkan mampu mengadakan mujizat, tetapi sayang tidak berhasil menjadi orang yagn berkenan kepada ALlah.
Mengapa orang-orang yang demikian tidak berkenan kepada Allah?
Penyebabnya: karena disamping mereka berseru-seru kepada Tuhan, disamping mereka melayani Tuhan, mereka juga masih mempunyai SIKAP DAN PERBUATAN YANG SANGAT DIBENCI TUHAN, yaitu suka melakukan kejahatan, mereka karakter yang tidak berkenan di hati Tuhan. Dan karena karakternya tidak benar di mata Tuhan maka ibadah dan pelayanan mereka juga tidak benar di mata Tuhan. Akibatnya: mereka di usir dan di samakan dengan orang-orang yang selalu berbuat kejahatan.
Maleakhi 2 : 2 karena pada imam tidak memperhatikan firman Tuhan dan tidak memberi perhatian untuk menghiormati nama Tuhan, akibatnya: Tuhan Allah mengirimkan kutuk dan akan membuat BERKAT-BERKATNYA MENJADI KUTUK. Bahkan Tuhan juga akan mematahkan lengannya sehingga TIDAK ADA LAGI KEMAMPUAN UNTUK BERBUAT, Tuhan ALlah juga akan melemparkan kotoran ke mukanya, artinya akan DIPERMALUKAN di depan semua orang.
Karena itu sebagai jemaat Tuhan yang hidup di akhir zaman ini, marilah kita lebih sungguh-sunnguh lagi memperhatikan firman Tuhan dan melakukannya, sebab jika sudah memperhatikan dan melakukan firman Tuhan dengan baik maka firman Tuhan itu akan mengarahkan kita supaya bisa/mampu menghormati Tuhan sebagai Bapa dan tetap memiliki rasa takut akan Tuhan, takut berbuat dosa, takut kalau tidak beribadah dan melayani Tuhan.