Selasa, 09 Februari 2010

Februari 2010

“BERJAGA - JAGA”

Bible Study - 04 Februari 2010

Saudara-saudara, setelah kita mempelajari pelajaran tentang pohon ara, langkah selanjutnya pelajaran yang harus kita perhatikan adalah pelajaran tentang “BERJAGA-JAGA.” Tuhan Yesus sengaja mendahulukan pelajaran tentang pohon ara setelah itu barulah tentang berjaga-jaga. Ini ada maksud dan tujuannya, sebab Tuhan Yesus tahu yang bisa berjaga-jaga itu tidak semua orang. Kalau sudah percaya atau kalau sudah beribadah lantas sudah siap berjaga-jaga menantikan kedatangan Tuhan?
Orang yang sudah percaya atau bahkan yang sudah melayani sekali pun belum tentu tahu berjaga-jaga yang benar. Dalam ibadah raya, pada hari Minggu yang lalu, kita sudah melihat contoh berjaga-jaga yang benar, yaitu Nuh dan keluarganya. Dikatakan berjaga-jaga yang benar sebab Nuh dan keluarganya berhasil selamat dari air bah, tidak ada seorang pun dari antara keluarganya, baik istrinya, anaknya atau menantunya yang tidak selamat, semua selamat termasuk binatang-binatang yang masuk ke dalam bahtera. Selama seratus dua puluh tahun, Nuh dan keluarganya tetap setia membangun bahtera sampai selesai dan tidak ada yang meleset dari perkataan Tuhan kepadanya.
Maka sebagai jemaat Tuhan, ada tiga (3) poin penting yang harus kita perhatikan kalau kita rindu berhasil menjadi sidang mempelai perempuan Kristus, yaitu:

1). PAKAIAN PENGANTIN.

Pakaian pengantin diberikan Tuhan tidak kepada semua orang, hanya kepada gereja yang sudah siap sedia yaitu yang hidupnya sudah mengalami tanda keubahan dari orang berdosa menjadi orang yang dibenarkan, dari orang yang dibenarkan menjadi orang yang dikuduskan, dan dari orang yang dikuduskan menjadi orang yang disempurnakan. Inilah model gereja yang layak disebut sebagai mempelai perempuan Kristus. Pakaian itu berfungsi untuk menutupi tubuh, supaya jangan nampak telanjang. Wahyu 19 : 7 - 8 firman Tuhan menjelaskan kepada gereja yang berhasil menjadi istri Anak Domba (pengantin) dikaruniakan supaya memakai “kain lenan halus” yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih. Pakaian itu mengandung arti yang sangat besar, yaitu: perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus, inilah gereja Tuhan yang sudah mengalami tanda keubahan tadi.
Perbuatan baik di sini bukanlah perbuatan baik menurut ukuran manusia tetapi baik menurut ukuran Tuhan sendiri. Sebab kalau manusia yang mengukur perbuatannya, maka sudah tentu ia akan merasa layak, merasa sudah berbuat apa yang dikehendaki Tuhan padahal masih jauh dari ukuran Tuhan. Orang Kristen yang merasa sudah baik belum tentu cocok menurut ukuran firman Tuhan, sebab keinginan daging ini selalu ingin akan hal-hal yang merusak iman, selalu ingin melakukan perkara-perkara yang duniawi. Kolose 3 : 5 ada beberapa hal yang harus dimatikan dari dalam diri kita, yaitu segala sesuatu yang duniawi seperti percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan keserakahan yang sama dengan penyembahan berhala. Jadi kalau orang Kristen merasa sudah berbuat yang baik padahal masih juga melakukan seperti yang dikatakan di atas, ia belum memiliki pakaian. Wahyu 16 : 15 firman Tuhan begitu menekankan betapa pentingnya kita memperhatikan pakaian supaya jangan nampak ketelanjangan kita. Pada dasarnya manusia itu sudah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah sehingga nampaklah ketelanjangan mereka. Tetapi Tuhan memberi pakaian dari kulit binatang untuk mengganti pakaian dari daun pohon ara. Ini berbicara pekerjaan Kristus dalam korban-Nya untuk menutupi segala dosa dan ketelanjangan kita, Tuhan rindu memperbaiki kita kembali supaya layak mengenakan pakaian lenan halus yaitu menjadi mempelai perempuan Kristus, yang dikuduskan dan disempurnakan.

2). SUARA.

Gereja yang sudah diubahkan itu harus ditandai dengan adanya suara sorak sorai sebagai bukti sudah dibebas kan dari ikatan dosa. Wahyu 19 : 1 - 5 ada suara yang mengatakan “Haleluya” inilah suara yang ke luar dari mulut mempelai perempuan Kristus yang masuk ke dalam pesta kawin Anak Domba. Gereja Tuhan yang sudah menjadi mempelai itu harus ditandai dengan adanya suara sorak sorai, selalu ada sukacita karena kemenangan yang telah diberikan Kristus kepada kita.

3). MAHKOTA.

Mempelai itu juga dilengkapi dengan mahkota sebagai tanda milik Kristus, Raja di atas segala raja. Mahkota ini juga merupakan perhiasan pengantin, sebagai kelengkapan seorang perempuan yang menjadi istri seorang laki-laki. Di dunia ini saja, kalau ada seorang perempuan yang menikah dengan suaminya, ia pasti diperlengkapi dengan hiasan-hiasan termasuk hiasan kepala. Mahkota itu diletakkan di atas kepala sebagai tanda bahwa seorang perempuan telah menikah dan menjadi istri seorang laki-laki. Demikian juga dengan gereja Tuhan yang menjedi mempelai perempuan Kristus akan diberikan suatu mahkota yang indah.
Haleluya .....!!!!!


“BERJAGA - JAGA”

Bible Study - Kamis 11 Februari 2010

Matius 24 : 36
ketika Tuhan Yesus berada di dunia ini sebagai manusia, sebagai Anak, Ia tidak tahu saat kedatangan-Nya yang kedua kalinya. Kepada murid-murid-Nya, Tuhan Yesus sengaja merahasiakan saat kedatangan-Nya yang kedua kalinya. Tetapi sekarang, setelah Ia duduk di atas tahta kerajaan-Nya, tentu Ia sudah tahu kapan saat yang tepat untuk datang kembali ke dunia untuk menjemput gereja-Nya yang sudah disucikan/dikuduskan dan yang sudah disempurnakan menjadi sidang mempelai perempuan-Nya.
Firman Tuhan dalam 1 Tesalonika 5 : 1 - 11 menjelaskan kepada kita bagaimana sikap kita dalam berjaga-jaga yang benar. Dalam ayat ini dijelaskan, gereja Tuhan yang sudah mengalami tanda keubahan itu disebut “anak-anak terang dan anak-anak siang.” mengapa disebut anak-anak terang dan anak-anak siang? tentu ada sebabnya, yaitu karena tidak lagi hidup dalam kegelapan. Perbedaan anak-anak siang dengan orang-orang kegelapan: kalau orang-orang kegelapan itu tidur pada waktu malam dan mabuk pada waktu malam, tetapi anak-anak siang itu tetap berjaga-jaga dan sadar, baik pada malam hari mau pun pada siang hari. Jadi dari ayat-ayat tersebut di atas dapat kita lihat dengan jelas bahwa yang bisa berjaga-jaga dengan baik itu adalah anak-anak terang dan anak-anak siang, yang di dalam hidupnya tidak ada lagi dosa-dosa yang tersimpan.
Ibrani 12 : 26 - 28 satu kali lagi Tuhan akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga. Kalau perkara bumi dan perkara langit ini sudah digoncang oleh Tuhan, tidak ada perlindungan lain yang bisa melindungi kita dari malapetaka tersebut selain kita berlindung kepada Tuhan. Dalam ayat 28 dikatakan supaya kita terlindung, syaratnya: kita harus beribadah dan melayani dengan cara yang benar dan berkenan kepada Tuhan.
Sama seperti Nuh yang selamat dari air bah karena ia berjaga-jaga dengan tetap dalam suasana kerajaan sorga, demikian juga jika kita sudah beribadah dengan cara yang berkenan kepada Tuhan, maka kita juga pasti akan selamat dari segala malapetaka yang akan datang.
Yang berhak masuk ke dalam kerajaan yang tidak tergoncangkan itu adalah:
*mereka yang selalu mengucap syukur
**yang beribadah dan melayani menurut cara yang berkenan
kepada Tuhan
dengan “hormat dan takut.”

Mazmur 23 : 1 - 6
inilah sikap hidup jemaat yang sudah berada dalam ibadah dan penggembalaan yang benar: menganggap Tuhan sebagai Gembala (=sebagai pemelihara).
Dalam penggembalaan yang benar :
1. kita akan dibaringkan di padang yang berumput hijau
(=ada firman pengajaran),

2. dibimbing ke air yang tenang (=ada persekutuan dengan Roh Kudus)
3. jiwa kita disegarkan (=ada persekutuan dengan Bapa dalam
doa dan penyembahan).

Berkat kalau sudah tergembala dengan benar: sekali pun sedang berjalan dalamlembah kekelaman, tetapi tidak dengan bahaya.
Mengapa? sebab ada Tuhan yang selalu menyertai kita.
Bahkan lebih jauh lagi, kebajikan dan kemurahan akan tetap mengikuti seumur hidup kita sehingga kita dapat diam di rumah Tuhan sepanjang masa dan menikmati berkat penggembalaan.
Kita bisa bisa melihat AYUB sebagai contoh yang tetap berada dalam perlindungan Tuhan. Ayub, seorang yang saleh, jujur, takut akan Tuhan dan yang selalu menjauhi kejahatan selalu berada dalam kekuasaan Tuhan. Sebagai bukti Ayub dalam kekuasaan Tuhan “Tuhan membuat pagar sekelilingnya, rumahnya dan segala yang dimilikinya” (Ayub 1 : 10). Maka sekali pun Ayub mengalami begitu banyak pencobaan dan penderitaan, Ayub bisa memuji Tuhan dan tidak menuduh Tuhan berbuat yang kurang patut kepadanya. Karena Ayub tetap tekun mengikuti Tuhan, maka Tuhan pun memulihkan keadaannya kembali, bahkan lebih dari yang semula. Ayub 42 : 10 Tuhan memulihkan keadaan Ayub, dan Tuhan memberikan kepadanya dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu (dalam hal berkat jasmani), kemudian dalam ayat 13 - 15 Tuhan juga memberikan keturunan kepada Ayub sebagai ganti anak-anaknya yang telah mati, bahkan khusus anak-anak yang perempuan: di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub tersebut. Luar biasa, ini bisa terjadi karena Tuhan sudah memulihkan keadaan Ayub.
Saudara-saudara, jika kita sudah diberi kesempatan untuk bekerja/melayani di ladang Tuhan, ada satu pribadi yang patut kita teladani, yaitu pribadi Tuhan Yesus. Sikap sebagai pelayan atau hamba Tuhan: bekerja untuk melayani, tidak menuntut untuk dilayani. Sama seperti Yesus yang datang ke dunia ini bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, untuk itulah Tuhan Yesus rela memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan untuk memperdamaikan kita dengan Bapa. Supaya sesuai dengan Roma 8 : 17 jika kita mau memperlengkapi diri mau menderita bersama-sama dengan Kristus, maka kita juga akan dipermulia kan bersama-sama dengan Dia. Jika kita mau meneladani sikap Kristus, maka kita pasti berhasil berjaga-jaga sambil menanti-nantikan kedatangan-Nya yang kedua kali. Tidak ada seorang pun yang bisa berjaga-jaga kalau ia tidak mau meneladani Tuhan Yesus, Yesuslah teladan yang paling sempurna.



“BERJAGA-JAGA”

Bible Study - 18 Februari 2010

Saudara-saudara, berjaga-jaga yang benar adalah berjaga-jaga sambil bekerja melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Pada hari-hari yang lalu kita sudah melihat contoh berjaga-jaga yang benar, yaitu NUH. Ketika Tuhan berencana membinasakan segala makhluk yang benafas dengan air bah, Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan sehingga Tuhan berfirman supaya Nuh membuat bahtera. Bahtera ini adalah sarana yang dipersiapkan Tuhan untuk menyelamatkan Nuh dan keluarganya dari air bah. Jadi sebelum air bah itu datang, Nuh sudah berjaga-jaga sambil membangun bahtera.
Bagi kita sekarang, bahtera ini mengandung arti yang sangat besar menunjuk kepada: Ibadah dan penggembalaan yang benar dalam suasana kerajaan sorga, kemudian bahtera ini juga menunjuk Tabernakel yang terdiri dari tiga tingkatan: Halaman, Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci. Jadi kalau kita kaitkan dengan Tabernakel, berjaga-jaga yang benar adalah berjaga sampai ketingkat yang ketiga, yaitu menjadi sempurna supaya sama seperti Kristus yang adalah sempurna adanya.
Wahyu 13 : 7 pada saat antikristus berkuasa di atas bumi ini selama 3 ½ tahun, orang-orang yang tidak sampai kepada kesempurnaan itu akan tinggal sehingga antikristus akan mengalahkan mereka. Tetapi gereja Tuhan yang sudah berjaga-jaga sampai ketingkat yang ketiga akan selamat dan akan disingkirkan ke padang gurun, tempat yang telah disediakan Tuhan supaya jauh dari jangkauan ular naga. Pengalaman Nuh hampir sama dengan pengalaman perempuan yang melahirkan Anak laki-laki, kalau Nuh selamat karena disingkirkan dari air bah, perempuan itu selamat juga karena disingkirkan oleh Tuhan dari jangkauan ular naga.

“Perempuan yang melahirkan Anak laki-laki” itu adalah menunjuk gereja Tuhan yang sudah sempurna, yang tetap berjaga-jaga sambil bekerja.
Sedangkan “Anak laki-laki” itu adalah wujudnya tubuh Kristus yang telah terbentuk di dalam diri gereja Tuhan yang telah sempurna.

Jadi supaya kita berhasil menantikan kedatangan Tuhan yang kedua kalinya, kita harus berjaga-jaga sambil bekerja, baik sebagai jemaat mau pun sebagai hamba-hamba Tuhan, kita semua harus berjaga-jaga sambil melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Matius 24 : 40 & Matius 21 : 28 - 33 melayani itu adalah kepercayaan/anugrah Tuhan, harus dihargai dengan cara bekerja. Dua orang anak sama-sama mendapat kesempatan/kemurahan bekerja di kebun anggur.
Matius 21 : 28 - 29 “anak yang pertama” berkata: “Baik bapa.” tetapi ia tidak pergi ke kebun anggur untuk bekerja. Anak yang pertama ini nampaknya baik, nampaknya rohani padahal dalam prakteknya ia tidak melakukan apa yang menjadi kehendak bapanya. Orang Kristen seperti model anak yang pertama ini sangat banyak, di mulut memang mengaku anak Tuhan, mengaku orang Kristen, tetapi tidak mau beribadah kepada Tuhan. Kalau tidak mau beribadah dan melakukan firman Tuhan bagaimana pun hebatnya atau kayanya, di mata Tuhan itu semua sia-sia saja, sebab semua akan habis binasa.
Matius 21 : 30 tetapi "anak yang kedua" ini sangat berbeda dengan anak yang pertama, kalau anak yang pertama di mulut nampaknya baik, tetapi anak yang kedua ini di mulut ia membantang perintah ayahnya, ia berkata: “Aku tidak mau” Tetapi kemudian ia menyesal juga lalu pergi ke kebun anggur untuk melakukan seperti yang telah diperintahkan bapanya.

Kedua anak tersebut sebenarnya sama-sama jahat, sama-sama punya kesalahan. Tetapi anak yang kedua ini mempunyai kelebihan, dalam hidupnya ada tanda keubahan yang disertai dengan pertobatan yang sungguh-sungguh. Dalam ayat 32 Tuhan Yesus menjelaskan model anak yang kedua ini menunjuk kepada pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal yang terkenal sebagai orang berdosa. Ini juga menunjuk latar belakang kita sebagai umat Tuhan dari latar belakang orang berdosa, yang penuh dengan dosa dan pelanggaran-pelanggaran, yang telah ditebus oleh Tuhan dengan darah-Nya dari cara hidup yang sia-sia, dilepaskan dari kutuk supaya menjadi milik Tuhan. Itu sebabnya sebagai jemaat Tuhan, kita harus menghargai kemurahan Tuhan ini dengan cara mau melakukan segala perintah Tuhan, bagaikan orang yang bekerja di kebun anggur dengan penuh tanggung jawab sampai berhasil menghasilkan buah-buah yang dapat menyenangkan hati Tuhan. Kita berada di dalam ibadah mau pun dalam pelayanan bukan karena kebaikan kita tetapi hanya karena kasih karunia yang dianugrahkan Tuhan, maka selayaknya kita berjaga-jaga sambil bekerja sampai Tuhan datang kembali menjemput gereja-Nya yang telah disempurnakan.


“B E R J A G A-J A G A”

Kamis - 25 Februari 2010

Berjaga-jaga dalam tanda kesetiaan.

Bekerja di ladang Tuhan itu merupakan kasih karunia Tuhan. Demikian juga melayani dalam gerak firman pengajaran dalam pembangunan tubuh Kristus merupakan kasih karunia Tuhan, tidak sembarang orang yang dipercayakan di dalamnya. Karena itu kalau kita sudah diberi kesempatan melayani di ladang Tuhan, segala bentuk kesombongan atau kekerasan hati dan sungut-sungut harus dibuang dari dalam hidup kita.
Matius 24 : 40 - 42 Tuhan Yesus sudah menjelaskan model orang-orang yang diberi kesempatan melayani di ladang Tuhan, ada yang diangkat dan ada pula yang ditinggalkan. Yang dibawa/yang diangkat adalah mereka yang mau bekerja di ladang Tuhan (=melayani) dengan sungguh-sungguh, tidak sombong (tidak merasa dibutuhkan), tidak dengan sungut-sungut dan tidak dengan iri hari, tetapi melayani dengan setulus hati. Kalau mau melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, kita akan menjadi orang yang paling dekat dengan Tuhan.

Yohanes 12 : 24 proses menjadi seorang pelayan: harus mau seperti “biji gandum” yang jatuh ke dalam tanah dan mati supaya bisa bertumbuh, sebab kalau tidak jatuh ke dalam tanah maka biji gandum itu akan tetap satu. Tetapi jika biji gandum itu sudah jatuh ke dalam tanah dan mati, akan mengeluarkan tunas lalu bertumbuh terus sampai menghasilkan buah yang banyak. Dan kalau kita mau menjadi pelayan Tuhan yang bekerja dengan sungguh-sungguh, maka kitalah orang yang paling dekat dengan Tuhan.

Yohanes 12 : 26 Tuhan Yesus mengatakan: “Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.” Kalau melayani dengan sungguh-sungguh, Bapa sendiri hormat kepada kita. Ini membuktikan yang melayani itulah yang paling dekat dengan Tuhan, di mana Tuhan berada di situ juga kita berada. Yang dimaksud “Di mana Aku berada” = di rumah Bapa, yaitu di dalah sorga. Dalam Yohanes 14 : 1 - 4 Tuhan Yesus sudah menjelaskan maksud dan tujuan-Nya pergi ke sorga, yaitu untuk menyediakan tempat bagi kita, dan kalau Tuhan datang kembali Ia akan membawa kita ke tempat yang sudah disediakan tersebut. Tetapi yang bisa di bawa masuk ke dalam tidak semua orang, hanyalah mereka yang mau melayani dengan sungguh-sungguh. Dalam Matius 25 : 14 - 30 kita bisa melihat contoh pelayan-pelayan atau hamba-hamba Tuhan yang diberi kesempatan melayani di ladang Tuhan. Tuhan Yesus mengumpamakan hal kerajaan sorga itu sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Ada yang diberi lima talenta, ada yang diberi dua talenta dan ada yang dieberi satu talenta, masing-masing menurut kesanggupannya. Dari antara mereka ada yang berhasil menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, mereka berhasil menjalankan uang itu lalu beroleh laba. Hamba-hamba yang telah berhasil menjalan kan uang itu diakui sebagai hamba yang baik dan setia, sehingga diberi tanggung jawab dalam perkara yang besar. Berkatnya: masuk ke dalam kebahagiaan bersama-sama dengan tuannya. Disamping itu ada juga hamba yang tidak berhasil menjalankan uang itu dengan baik sehingga tidak memperoleh laba. Hamba yang tidak berhasil menjalankan uang itu disebut sebagai hamba yang jahat dan malas. Seharusnya hamba itu harus menjalankan uang itu supaya menghasilkan laba, tetapi sebaliknya ia menyembunyikan talenta itu di dalam tanah. Akibatnya hamba yang jahat dan malas itu dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap.
Karena itu bagi kita yang sudah diberi kesempatan melayani di ladang Tuhan, pekerjaan kita sama, yaitu: beribadah dan melayani dengan penuh kasih dan tanggung jawab. Melayani dalam tanda yang benar harus melayani dalam tahbisan yang benar, harus melayani dengan penuh kasih. Praktek melayani dalam kasih: masalah timbul jangan karena kesalahan kita sendiri. 1 Korintus 6 : 6 - 9 Karena dengan adanya saja perkara di antara kita, yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kita. Maka sebagai hamba Tuhan/pelayan Tuhan harus mau menderita dan harus mau dirugikan supaya tidak merugikan orang lain. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Jadi jelas kalau diberi kesempatan melayani di ladang Tuhan, kita harus mempunyai sikap yang baik melayani harus dengan penuh tanggung jawab dan dengan penuh kasih, Tuhan pasti berkenan kepada kita.